Lahirnya Kakak Dio



Tepat tanggal 15 Februari 2010 adalah hari dimana aku akan mendapatkan pengarahan para CPNS 2010 yang diterima melalui pengumuman Desember 2009.  Hari tersebut pastilah mendebarkan bagiku yang sudah menjadi GTT di sekolah selama 1,5 tahun.  Kondisiku saat itu dalam masa kehamilan 9 Bulan, menantikan kelahiran anak pertamaku yang di USG oleh dr. Fahi, Sp.OG dengan jenis kelamin laki-laki.  

Setelah shalat subuh, pukul 05.30 wibb aku menuju kamar mandi untuk bersiap diri akan kegiatan pengarahan CPNS.  Perutku saat itu terasa agak mulas dan benar, setelah mandi dalam kondisi masih berhanduk saja.  Tiba-tiba aku merasakan ada caoran yang keluar dari tubuh, spontan aku lihat ada tetesan cairan yang sedikit kemerahan.  Sebagai Ibu muda yang belum memiliki pengalaman melahirkan seorang baby,  tentulah kejadian ini membuatku panik dan lantas berteriak memanggil suamiku.

"abi, abiiii.. sini cepetan" panggilku 

seketika suami siagaku datang menuju tepatku berdiri dan kutunjukkan dimana kulihat cairan itu jatuh.

"Bi, apa ini? kok keluar gini ya?" tanyaku dengan panik.
"Aduh apa itu ya? Abi juga tidak tahu, sebentar! Ibu, Ibu" jawab suamiku sambil kemudian memanggil Ibu mertuaku.  
"Apa Gung, kenapa? Ibu ke pasar" Jawab Bapak mertuaku
"Pak, Anis kok keluar cairan apa ya pak?" Tanya suamiku kepada Bapak
"Lo, ga tahu Gung, cepet wes bawa ke Rumah Sakit saja" saran Bapak.

Lalu, suamiku meminta segera berganti baju dan menyiapkan mobil.  Saat itu di rumah hanya ada kami bertiga yaitu saya, suami dan Bapak mertua karena Ibu mertuaku sedang belanja di pasar yang letaknya cukup jauh.  

"Lo, bi gimana tapi aku kan ada undangan penyerahan? Gimana kalau aku dibatalkan jadi CPNS nya?" Tanyaku cemas.

"Aduh, pasti paham mereka dengan keadaan ini.  Masa dipaksa datang kalo lahiran di aula gimana? tenang ya fokus dulu ke persalinan oke! Gimana perutnya sakit ga?"

"Ga sakit tapi cuman ya aku ngerasa ada yang menetes" terangku

Setiba di depan UGD Rumah Sakit, tiba-tiba ada rasa yang keluar dan byurrrrrr
seperti air tumpah.

"Lo, apa ini? ketubankah" tanyaku

Suamiku tidak menjawab tetapi fokus dan sigap untuk mengantarku turun ke UGD dan menyerahkan ke perawat

"suster, tolong sepertinya ketubannya pecah" jelas suamiku pada suster yang berjaga di UGD dengan membawa kursi roda memintaku segera duduk.
Pertama kalinya aku duduk di kursi roda dan para suser mendorongku ke kamar bersalin, setelah diperiksa suster mengatakan masih bukaan 2 dan harus di infus karena ketuban mulai merembes.

Selama menunggu proses persalinan, kurasakan kontraksi-kontraksi luarbiasa rasanya.  Meski aku merasakan sudah tibanya si bayi keluar, para suster tidak mengijinkanku untuk mengejan mengeluarkan bayi.

"tunggu ya bu, tunggu dokternya datang ya" katanya
"tapi sudah sakit sekali dan rasanya mau keluar suster" pintaku
"belum, tunggu ya saya periksa.  Ini masih baru bukaan 3 kok" jawabnya menenangkanku.

Sambil terus menahan sakit, suamiku terus mendampingi di sebelah tempat aku berbaring di ruang bersalin dan menuntunku untuk bersholawat.

"Allahuma sholiala Muhammad..Allahuma sholiala Muhammad .."

...bersambung



0 comments:

Post a Comment